Profil Singkat IKSASS


Gambar

Pada medio tahun 1961-1986, di Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah (P2S2) telah banyak bermunculan organisasi-organisasisantri yang menggunakan daerah asal sebagai simbol dan namanya  organisasi yang terikat karena adanya hubungan emosional kedaerahan     yang nampaknya akan menimbulkan persaingan yang kurang sehat. Hal ini menuntut perlu adanya penyatuan diantara organisasi-organisasi tersebut. Dalam usaha penyatuannya, pengurus pondok pesantren pada tanggal 11 Maret 1988 jam 08.00 WIB memutuskan adanya integrasi organisasi-organisasisantri yang bersifat kedaerahan tersebut menjadi satu wadah organisasi bernama IKSASS (Ikatan Santri dan Alumni Salafiyah Syafi’iyah). Setelah adanya kesepakatan dan dukungan dari seluruh santri dan alumni, maka pada tanggal 1 Oktober 1988 pimpinan atau pengasuh Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah Sukorejo Situbondo, KHR. As’ad Syamsul Arifin mengeluarkan Surat Keputusan nomor: 55/0828/a.1/x/1988 yang mengukuhkan IKSASS sebagai Badan Otonom yang berada di bawah naungan langsung Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah. 
Tujuan dari berdirinya IKSASS adalah untuk mengakomodir santri dan alumni Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah yang tersebar di seluruh nusantara. Selain itu, organisasi ini juga bertujuan untuk membantu merealisasikan program-program pesantren, baik secara mikro maupun secara makro. Program kerja IKSASS diarahkan pada program-program pesantren yang belum digarap secara optimal oleh pesantren sehingga membutuhkan penanganan yang lebih intensif. Oleh sebab itu, IKSASS harus mampu menciptakan iklim pesantren yang kondusif dengan tuntutan kondisi masyarakat dewasa ini.
Program-program pesantren tidak hanya terbatas pada aspek pengabdian, melainkan juga aspek pemberdayaan terhadap masyarakat. Sebagaimana yang tertuang  dalam  wasiat Almarhum KHR. As’ad Syamsul Arifin, diantaranya; (1) Membantu mencerdaskan kehidupan masyarakat dan pemberdayaan sumber daya masyarakat dengan cara ikutserta dalam pendidikan,baik secara langsung atau pun tidak langsung; (2) Ikut berpartisipasi dan bercawe-cawe dalam organisasi yang pernah didirikannya bersama beberapa kyai lainnya, yaitu Nahdlatul Ulama’ (NU); dan (3) Melakukan pendampingan dan pemberdayaan pada sektor ekonomi masyarakatguna mewujudkan masyarakat yang adil,makmur, dan sejahtera. Ketiga paradigma inilah yang menjadi pijakanIKSASS dalam merealisasikan program-program pemberdayaan terhadap masyarakat.
Dari waktu ke waktu IKSASS mengalami perkembangan, baik dari aspek kuantitas maupun kualitas. Dari aspek kuantitas perkembangannya terlihat dari semakin banyaknya santri yang datang dari berbagai pelosok tanah air sehingga mengakibatkan bertambahnya rayon dan sub rayon beserta jumlah anggota/warganya. Dari aspek kualitas, aktivitas yang awalnya hanya terbatas pada kegiatan berbentuk seremonial keagamaan berkembang menjadi kegiatan-kegiatan karya nyata yang dapat meningkatkan kualitas SDM dan skill para santri.
Sebagai organisasi formal, IKSASS memiliki seperangkat aturan (AD/ART) yang dijadikan sebagai pedomandi dalam merealisasikan pogram-programnya, dan juga mempunyai hirarki struktural yang sudah tertata rapi mulai dari tingkat Pengurus Pusat (PP), Pengurus Rayon (PR), sampai dengan Pengurus Sub Rayon (PSR). Aturan-aturan itu akan selalu disesuaikan dengan perkembangan zaman dan kebutuhan yang ada. Begitu pula dengan susunan kepengurusan dari masing-masing tingkat kepengurusan dibatasi oleh masa ibadah (periode jabatan). Pergantian atas susunan kepengurusan dapat dilakukan melalui musyawarah sesuai tingkat kepengurusannya. Sedangkan perubahan terhadap AD/ART hanya dapat ditempuh melalui Musyawarah Besar.
Terdapat beberapa jenis musyawarah di tubuh organisasi IKSASS dan musyawarah tertinggi disebut Musyawarah Besar (MUBES). MUBESdiikuti oleh Pengurus Rayon dan Sub Rayon se-nusantara dan beberapa elemen yang ada di lingkungan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah. Di bawahnya, ada Musyawarah Rayon (MUSRA) untuk tingkat Pengurus Rayon dan Musyawarah Sub Rayon (MUSUBRA) untuk kepengurusan di tingkat Sub Rayon.
Pasca MUBES VII
Musyawarah Besar (MUBES) yang berlangsung pada tanggal 10-12 Desember 2004 di Asrama Haji Sukolilo Surabaya menjadi sejarah baru dalam perjalanan IKSASS. Pasalnya, MUBES ke-VII itu telah menghasilkan beberapa keputusan krusial. Salah satunya adalah dipisahnya organisasi IKSASS antara santri aktivis dan santri alumnus, baik secara struktural maupun secara kelembagaan. Namun, secara kultural tetap mempunyai satu misi, yaitu mempererat hubungansilaturahmi antara santri aktifis dengan pengasuh pondok pesantren serta ikutserta membesarkan dan memajukan Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah. Dan diantara kedua organisasi tersebut tetap menggunakan nama IKSASS, Ikatan Santri Salafiyah Syafi’iyah (IKSASS) danIkatan Alumni Salafiyah Syafi’iyah (IKSASS). Adapun Ketua Umum PP IKSASS Santri periode I (Tahun 2004-2006) yang terpilih adalah Sunardi Muhib. Sedangkan Ketua Umum PP IKSASS Alumni periode I (Tahun 2004-2008) yang terpilih adalah H. Achmad Muhyiddin Khatib, M.H.I.
Di samping itu, sebagai konsekuensi pemisahan ini adalah orientasi wilayah garapan antara santri dan alumni menjadi berbeda. Adapun orientasi IKSASS Santri berkonsentrasi melakukan pengkaderan kepada santri yang masih aktif dipesantren. Sedangkan wilayah garapan IKSASS Alumni adalah pengamalan dan aktualisasi terhadap tiga poin wasiat KHR. As’ad Syamsul Arifin  sebagaimana yang telah disebutkan di atas  di tengah-tengah kehidupan masyarakat sehingga terwujudnya masyarakat yang adil, makmur, dan sejahtera.
Sub Rayon IKSASS Lembar Gerung (LG)
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, bahwa di bawah kepengurusan IKSASS Pusat terdapatbeberapa Rayon IKSASS dan Sub Rayon IKSASS dari masing-masing IKSASS se-nusantara. Hampirseluruh propinsi di Indonesia mempunyai Rayon IKSASS dan Sub Rayon IKSASS di bawah naungannya IKSASS Pusat. Termasuk Rayon IKSASS Nusa Tenggara Barat. Saat ini, Rayon IKSASS Nusa Tenggara Barat telah memiliki anggota sekitar 400-an santriwan dan santriwati yang tersebar di dalam empat Sub Rayon IKSASS, yakni; Sub Rayon IKSASS MALOMBA (Mataram-Lombok Barat), Sub Rayon IKSASS Lembar Gerung (LG), Sub Rayon IKSASS Lombok Tengah, serta Sub Rayon IKSASS Janibora (Lombok Timur dan Samawa).
Sub Rayon IKSASS LG sendiri awalnya merupakan bagian dari Sub Rayon IKSASS MALOMBA. Namun seiring berjalannya waktu dan keadaan yang terus berkembang, memaksa lahirnya IKSASS LG sebagai Sub Rayon IKSASS tersendiri yang terpisah dengan Sub Rayon IKSASS MALOMBA. IKSASS LG tampil sebagai organisasi yang “khusus” mewadahi para santri Pondok Pesantren Salafiyah Syafi’iyah yang berasal dari wilayah Lombok Barat. Meskipun bernama Lembar Gerung bukan berarti Sub Rayon IKSASS LG hanya terbatas untuk santri yang berasal dari dua kecamatan itu saja. Akan tetapi, jangkauan Sub Rayon IKSASS LG meluas untuk seluruh santri dari seluruh pelosok Lombok Barat. Bahkan uniknya, ada juga santri yang berasal dari wilayah kota madya Mataram tercatat sebagai anggota Sub Rayon IKSASS LG. Saat ini, jumlah anggota Sub Rayon IKSASSLGhampir mencapai 40-an santri. 

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Profil Singkat IKSASS"

Posting Komentar